Terorisme indonesia
22 Desember 2001. Melihat situasi yang semakin marak aksi terorisme dan radikalisme, tanggal itu menjadi sejarah yang saya kira masih tetap segar dan baru sebagai bahan perbincangan dan analisis. Hancurnya dua menara kembar World Trade Center (WTC) dan markas besar besar milter Pentagon di Amerika serikat pada waktu itu menjadi awal munculnya doktrin amerika terhadap dunia tentang terkelompokanya dunia menjadi dua bagian yang mana Islam adalah teroris dan Amerika adalah pembasmi terorisme tersebut. Belahan dunia pertama adalah golongan Islam sebagai Teroris dan Golongan ke dua adalah Pembasmi teroris tersebut. Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap antusian negara non muslim untuk menyerang muslim atau paling tidak menjadi mush negara muslim dengan menjadi sekutu amerika. Doktrin ini berawal dari kejadian pengeboman itu dan penuduhan atas Al Qaida pimpinan Osamah bin laden sebagai pelaku pengeboman tersebut.
Entahlah, kelompok Al Qaidah sebagai pelakunya atau bukan?. terlepas dari dugaan itu, pada kenyataanya Islam sebagai kambing hitam atas perilaku teror tersebut tapi yatanya Iindonesia sebagai penduduk mslim terbayak menjadi korban virus radikalisme - terorisme. Terorisme bukan sekedar menjadi isu-isu yang fatamorgana. Setelah lebih dekat dengan aksi-aksi tersebut kini saya menjad i lebih geram untuk bersatu membetuk pergerakan pencegahan aksi-aksi teroris yang terjadi.
Upaya penyebaran islam raddikal makin marak di sebarkan di indonesia. Utamanya menuju pada usia pubertas-usia Smp sampai Mahasiswa. Seperti pengakuan yang di lakukan oleh Imran alias Papa Saiful, 25 tahun, salah satu terduga teroris Poso, Sulawesi Tengah yang menyerahkan diri, mengaku pernah mengikuti kelompok Santoso di Gunung Biru, Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso. ia mengungkaokan tentang seseorang yang pernah memimpinya yaitu Santoso pimpinan pelatihan militer mereka di Poso, tepatnya di kawasan danau yang ada di Gunung Biru Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir. ia mengaku telah di latih di tempat itu.
masih banyak lagi pengakuan-pengakuan para korban seperti yang di lakukan oleh Anton yang bekerja dalam penyerangan dan perakitan bom untuk menyerang objek yang dianggap kafir. Kelompok mereka menganggap semua birokrasi-birokrasi negara dan semua pejabat adalah taghut seperti polisi di sebut anshorutthagut yang harus di perangi.
Upaya penyebaran islam raddikal makin marak di sebarkan di indonesia. Utamanya menuju pada usia pubertas-usia Smp sampai Mahasiswa. Seperti pengakuan yang di lakukan oleh Imran alias Papa Saiful, 25 tahun, salah satu terduga teroris Poso, Sulawesi Tengah yang menyerahkan diri, mengaku pernah mengikuti kelompok Santoso di Gunung Biru, Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso. ia mengungkaokan tentang seseorang yang pernah memimpinya yaitu Santoso pimpinan pelatihan militer mereka di Poso, tepatnya di kawasan danau yang ada di Gunung Biru Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir. ia mengaku telah di latih di tempat itu.
masih banyak lagi pengakuan-pengakuan para korban seperti yang di lakukan oleh Anton yang bekerja dalam penyerangan dan perakitan bom untuk menyerang objek yang dianggap kafir. Kelompok mereka menganggap semua birokrasi-birokrasi negara dan semua pejabat adalah taghut seperti polisi di sebut anshorutthagut yang harus di perangi.
Komentar
Posting Komentar